Jumat, 27 Agustus 2010

Memilih Camera Digital SLR Untuk Pemula

Sebagai seorang yang awam di bidang fotografi, untuk memulai memasuki dunia ini terasa sangat asing dan penuh dengan istilah – istilah baru. Adalah suatu hal yang wajar bila kita berhadapan dengan berbagi istilah – istilah baru bagi para pemula, namun dukungan dunia blog sangat terasa dalam membimbing kita memasuki dunia ini.

Senjata utama bagi seorang fotografer adalah camera tentunya dan pemilihan camera yang tepat mutlak diperlukan bagi para pemula seperti saya ini. Berbagai pertimbangan pun muncul dalam pemilihan camera yang tepat, seperti pertimbangan masalah harga, kemudahan penggunaan, hasil jepretan, purna jual, dll.

Sebagai seorang pemula seperti saya pertimbangan utama adalah harga dan kemudahan penggunaan, pertimbangan yang lain mungkin bisa ditempatkan pada prioritas berikutnya.

Ada beberapa product yang saya bandingkan :

A. Harga <== Hasil googling sana sini dan telp sana sini
1. Nikon D40 = Rp. 5.000.000,-
2. Canon 400D = Rp. 5.500.000,-
3. Nikon D60 = Rp. 6.250.000,-

B. Hasil jepretan ( dari sisi besar pixel gambar )
1. Nikon D40 = 6 MP
2. Canon 400D = 10 MP
3. Nikon D60 = 10 MP

C. Hasil jepretan ( dari sisi tajam gambar ) <== hasil baca di forum – forum
1. Nikon D40 = Jernih dan bening
2. Canon 400D = Soft
3. Nikkon D60 = Jernih dan bening

D. Kemudahan pengoperasian <=== hasil baca di forum – forum
1. Nikon D40 = Agak sulit katanya :D
2. Canon 400D = Mudah terutama bagi newbie
3. Nikon D60 = Agak sulit katanya :D

Dari pertimbangan diatas, akhirnya saya memutuskan memilih Camera Digital SLR Canon EOS 400D. Kalau ditanya kenapa ? Mungkin faktor budget yang lebih berperan dengan sedikit analisa tentang output yang didapatkan adalah gambar dengan pixel sebesar 10 MP.

Mungkin hal ini terdengar lucu terutama bagi para senior fotografer, tapi itulah realita yang dihadapi oleh para newbie.

Berhubung baru dalam tahap memesan, tulisan akan saya lanjutkan nanti setelah cameranya tiba untuk menulis lebih detail tentang camera pilihan saya.

DSLR untuk pemula, pilih yang mana?

Tahun 2007-2008 menjadi tahun yang menyenangkan bagi fotografer pemula yang membeli DSLR kelas pemula atau entry-level. Betapa tidak, saat itu tercatat banyak produk baru yang harganya terus membuat semua pihak tercengang, karena terus turun hingga menembus angka psikologis (dibawah) lima juta. Seiring krisis ekonomi global di akhir 2008, harga kamera DSLR pun kembali merangkak naik. Kisaran harga DSLR kelas pemula kini berada di kisaran 6 sampai 7 juta, sementara DSLR kelas semi-pro kini berada di atas 10 juta. Hal ini menyebabkan mereka yang belum sempat membeli kamera di tahun lalu menjadi kecewa, karena asumsi harga yang terlanjur ditargetkannya bergeser satu hingga dua juta.

Kini tak perlu lagi menyalahkan masa lalu. Faktanya, saat ini kurs rupiah sekitar 11.000 dan harga DSLR ini sudah stabil di kisaran sekarang. Bila memang sudah ngebet ingin segera memiliki kamera DSLR baru, tak perlu menunggu harga turun lagi yang entah kapan. Berikut daftar DSLR entry level yang bisa dipertimbangkan untuk dibeli pada tahun 2009 ini. Sebagai catatan, di daftar kali ini kami tidak memasukkan DSLR kelas upper entry level yang salah satu cirinya bisa merekam HD movie, karena harga jualnya terlampau tinggi untuk ukuran DSLR murah (contoh : Canon EOS 500D dan Nikon D5000).

Inilah mereka, DSLR murah di tahun 2009, urut dari harga yang terendah :

  1. Sony Alpha A300 (5,7 jutaan)
  2. Canon EOS 1000D (5,8 jutaan)
  3. Pentax K-m (6 jutaan)
  4. Nikon D60 (6,7 jutaan)
  5. Olympus E-620 (7 jutaan)

Kesamaan mendasar

Faktanya, kelima kamera diatas adalah kamera DSLR entry level. Mereka berbagi sensor yang sama (kecuali Olympus dengan sensor agak lebih kecil berformat 4/3), bahkan mereka memakai resolusi yang sama-sama 10 MP (kecuali Olympus dengan 12 MP). Mereka sama-sama dilengkapi dengan lensa kit dalam penjualannya. Soal bodi kamera juga mereka memakai material plastik yang ringan dan kompak, menunjukkan ciri kamera kelas pemula (DSLR kelas pro memakai bodi magnesium alloy). Kinerja shutter secara umum juga sepadan, demikian juga dengan kemampuan ISOnya. Kelimanya juga dijual dengan harga dibawah 7 juta (kelimanya tidak memiliki fitur HD movie recording yang membuat harga DSLR jadi naik). Singkatnya, kelimanya sama-sama baik dan berkualitas, sehingga di awal kami sampaikan saja kalau DSLR manapun yang anda pilih pada dasarnya akan mampu memberikan hasil foto yang baik. Belum puas? Simak lebih jauh plus minus dari kelima kamera DSLR pemula dibawah ini.

Sony Alpha A300 : sarat fitur tak harus mahal

dslr-a300Bahkan Sony A200 pun dijual lebih murah lagi, paket lensa kit hanya 5 juta. Tapi kita tidak sedang membahas A200, kita membahas A300 disini. Sony A300 memakai sistem stabilizer pada bodi, layaknya Pentax dan Olympus. Sony Alpha A300 dan A350 menjadi pendobrak dunia DSLR modern dengan memberi solusi berbeda dalam menyaisati lambatnya auto fokus dalam mode live-view, dengan metoda sensor terpisah. Kecepatan fokus ini tidak menjadikan harga jual A300 lantas jadi tinggi, bahkan Sony A300 ini harganya termurah diantara kelima kamera disini. Bisa dibilang kalau Sony menerapkan strategi spec up, price down pada produk DSLR Alpha.

Plus

Inilah DSLR dengan kecepatan fokus tertinggi saat live-view. Bahkan, A300 ini punya layar LCD 2.7 inci yang bisa dilipat. O ya, urusan kinerja, A300 juga handal. Dengan modul AF 9 titik tentu kamera ini cocok untuk urusan jepret cepat seperti candid. Stabilizer pada bodi berarti semua lensa dapat mengalami efek stabilisasi. ISO native juga bisa sampai ISO 3200, meski noisenya tentu saja cukup terasa. Kemampuan shutternya standar dengan 3 fps unlimited, dan tersedia wireless flash commander untuk kreatifitas fotografi dengan lampu kilat. Bahkan menurut kami plus-plus ini semakin lengkap dengan harga jualnya yang juga wajar, bahkan cenderung murah, cukup dengan 5,7 juta plus lensa kit 18-70mm yang mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.

Minus

Bila anda berharap live-view di A300 ini cepat, memang betul adanya. Tapi sensor terpisah membuat live-view ini tidak presisi, tidak dapat menampilkan histogram, dan tidak bisa di-enlarge untuk manual fokus assist. Sony juga masih berkutat mencari metoda tebaik untuk membuat foto JPEG dari Alpha series ini supaya bisa menyamai hasil JPEG kamera lain. Bila anda sering memotret JPEG, cobalah bereksperimen dengan setting JPEG yang paling baik menurut anda.

Dukungan lensa

Pada dasarnya dukungan lensa Sony SAL-DT dari Sony cukup lengkap dan berkualitas. Masalahnya di tanah air mungkin stoknya belum banyak, ditambah lagi tidak banyak lensa alternatif yang mendukung mount dari Sony. Bila anda cukup puas dengan lensa kit DT 18-70mm, sementara optimalkan saja dulu lensa tersebut. Bila ingin mencari lensa tele, pertimbangkan DT 75-300mm dan untuk widenya bisa coba DT 11-18mm.

Penerus Sony A300 di 2009

Sony sudah membuat produk pengganti A300 yang bernama A330, meski tidak ada perubahan signifikan dari upgrade tersebut. Oleh karena itu selama stoknya masih ada, kami masih merekomendasikan A300 saja.

Canon EOS 1000D : versi hemat dari EOS 450D

canon-eos-1000dEntah mengapa waktu itu Canon meluncurkan EOS 1000D (Rebel Xs) disaat penjualan EOS 450D sedang bagus-bagusnya. Tapi kini harga 450D sudah hampir sejajar dengan kamera DSLR semi-pro lawas seperti Nikon D80 sehingga 1000D ini jadi lumayan dicari oleh para budget-minded, apalagi 400D kini sudah semakin sulit dicari. EOS 1000D diluncurkan tengah tahun 2008 dengan paket lensa kit 18-55mm yang sudah dilengkapi IS. kamera ini memakai sensor CMOS 10 MP, dengan 7 titik AF dan mampu mencapai ISO 1600. Cukup mengejutkan saat mengetahui bahwa 1000D sudah dilengkapi dengan live-view, meski masih kalah mantap dari 450D. Kinerja shutter cukup standar dengan 3 fps, dan layar LCD juga standar dengan 2,5 inci.

Plus

Live view jadi andalan 1000D, beserta segala kelebihan lain dari Canon seperti kinerja noise reduction yang baik dan tone yang karakternya juga baik. EOS 1000D pun bisa dipasangkan dengan berbagai lensa EF, EF-S ataupun lensa alternatif merk lain. Kami tempatkan 7 titik AF sebagai nilai plus kamera ini, meski sebenarnya ini adalah down-spec bila dibanding dengan 400D yang punya 9 titik AF. O ya, EOS 1000D juga memakai sistem anti debu yang serupa dengan yang dipakai di 450D.

Minus

Sebagian fotografer tidak bisa menerima kenyataan kalau ada kamera DSLR tidak dilengkapi dengan spot metering, karena fitur ini penting untuk dipakai di kala kondisi pencahayaan amat sulit. Faktanya, 1000D tidak punya spot metering. Apakah ketiadaan ini membuat anda merasa keberatan atau tidak, terserah anda. Kekurangan lainnya cukup mendasar, yaitu bodi kamera ini yang terasa kurang nyaman karena terbalut plastik tanpa lapisan karet layaknya 400D atau 450D.

Dukungan lensa

Tidak perlu kuatir akan dukungan lensa dari Canon. Untuk teman lensa kit, bisa dipilih lensa tele EF-S 55-250mm dan lensa widenya bisa menjajal EF-S 10-22mm. Bila bosan dengan lensa kit dan ingin menjajal lensa kit yang terbaik dari Canon, cobalah EF-S 17-85mm USM.

Penerus EOS 1000D di 2009

Belum ada, setidaknya sampai tulisan ini dibuat Juli 2009 ini. Rumornya, Canon akan membuat penerus 1000D yang akan bernama EOS 2000D dengan fitur HD movie. Sudah bisa diprediksi, harga jual 2000D akan melonjak jauh sehingga EOS 1000D bagaimana pun masih lebih menarik dalam hal harga jual.

Pentax K-m : versi hemat dari K200D

pentax-k-mDi daftar ketiga ini kami sajikan kamera yang tergolong mungil yaitu Pentax K-m (K2000). Rupanya Pentax terinspirasi oleh Canon saat membuat 1000D, karena Pentax juga mengalami hal yang sama. Produk andalannya di kelas entry level, K200D rupanya terlalu mahal dan membuat Pentax terpaksa meluncurkan satu lagi produk yang lebih murah dari K200D ini. Alhasil lahirlah Pentax K-m, dengan ciri tidak lagi memakai bodi weather sealed, dan membuat lensa kit baru yang lebih kecil dan ringan. Pentax memakai stabilizer pada sensor CCD 10 MPnya, sehingga artinya semua lensa yang dipasang di bodi Pentax akan merasakan efek stabilisasi hingga 3 stop. Versi hemat artinya tentu ada aspek yang dikurangi, dalam hal ini jumlah titik AF pada Pentax K-m ini hanya 5 titik saja (dibanding 11 titik pada K200D). Tapi 5 titik ini masih lumayan karena masih fleksibel saat kamera dipakai memotret vertikal atau horizontal. Soal ISO pun Pentax ini mampu mencapai ISO 3200 yang cukup mengagumkan untuk kamera sekelas ini. Inilah satu-satunya DSLR dengan tenaga 4 buah baterai AA.

Plus

Stabilizer pada bodi berarti semua lensa dapat mengalami efek stabilisasi. ISO native juga bisa sampai ISO 3200, meski noisenya tentu saja cukup terasa. Secara umum kinerja dan performa menyamai K200D, bahkan burst-nya mengalahkan K200D dengan 3.5 fps yang mana amat baik untuk kamera semurah ini. Layar LCD pun tampak lega dengan ukuran 2,7 inci.

Minus

Saat pesaingnya EOS 100D menyertakan fitur live-view, Pentax K-m ini hadir tanpa fitur tersebut. Selain itu indikator titik AF tidak ditampilkan di viewfinder layaknya DSLR lain. Belum ada info apakah ada sistem anti debu di Pentax K-m ini. Selain kedua hal diatas, praktis tidak ada hal negatif yang dijumpai di kamera ini, bahkan sejujurnya kamera ini semestinya dapat mengungguli EOS 1000D seandainya memiliki live-view.

Dukungan lensa

Belum ada info apakah lensa kit DA-L 18-55mm ini telah memakai motor SDM atau belum. Tapi lensa Pentax terkenal akan kualitas dan harganya. Bila perlu lensa tele, bisa pertimbangkan DA 50-200mm dan untuk widenya bisa mencoba DA 12-24mm. Bila tidak puas dengan lensa kitnya, jajal saja lensa sapu jagad dengan rentang ekstra panjang, DA 18-250mm. Sayangnya lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina jarang punya stok dengan mount KAF Pentax.

Nikon D60 : kualitas di dalam kesederhanaan

D60

Adalah Nikon D60, si pengganti D40 yang kini mengusung sensor CCD beresolusi 10 MP, dibekali lensa kit 18-55mm VR, fitur anti-debu, active-D lighting dan Expeed engine Nikon. Kamera ini mampu mencapai ISO 1600 (dan ISO setara 3200 bila dinaikkan satu tingkat dari ISO 1600), dengan kecepatan burst 3 fps. Modul AF memakai 3 titik AF saja, sangat basic, namun tersedia mode continuous servo untuk mengunci fokus benda yang bergerak. Inilah kamera yang tidak sarat fitur berlimpah namun tetap menjaga kualitas khas Nikon dalam kesederhanaannya.

Plus

Apa sih yang jadi kekuatan utama dari DSLR termurah dari Nikon ini? Faktanya, anda tidak akan menemukan fitur modern seperti live-view di D60. Tapi mengapa masih banyak orang yang terus mengincar dan membeli D60 ini? Bisa jadi alasannya cukup subjektif, karena yang jadi andalan Nikon D60 pun adalah fitur yang pada dasarnya ada di semua kamera DSLR, namun diyakini pada D60 fitur tersebut lebih baik dan efektif. Diantaranya : metering yang handal, Auto ISO yang efektif, noise reduction yang tepat, karakter warna / tone yang consumer friendly, ergonomi dan tata lentak tombol yang nyaman, menu yang mudah dipahami, hingga white balance yang jarang meleset. Anda boleh tidak sependapat, kami katakan sekali lagi, ini subjektif sekali. Jangan sampai ada anggapan kamera lain meteringnya jelek, misalnya. Tapi dapat kami katakan kalau Nikon membuat setiap kameranya dengan cermat, termasuk D60 ini yang mampu memberi hasil foto yang baik, dan pemakai D60 dapat ikut merasakan seperti apa rasanya memakai dan menikmati hasil foto dari DSLR Nikon. Bila anda ‘brand minded’, dan memang meyakini kalau hasil foto dari Nikon memang mantap, pilih saja D60 tanpa harus memperdulikan kekurangan dari D60 di bawah ini.

Minus

Ada dua hal yang menjadi kekurangan utama D60 : ketiadaan motor AF di bodi dan jumlah titik AF yang hanya tiga titik. Sejumlah Nikon mania mengeluhkan lensa-lensa lawasnya (Nikon AF atauNikon AF-D) tidak bisa auto fokus di D60, sementara pecinta candid dan sport photography mengeluhkan titik AF yang terlalu sedikit pada D60. Awalnya kami tidak melihat ketiadaan live-view adalah suatu kekurangan fatal, tapi mengingat kompetitor sudah ada yang memakai live-view, bolehlah kami sebut D60 ini semestinya juga dilengkapi dengan live-view. Buat yang senang memotret bracketing untuk foto HDR juga akan kecewa karena fitur yang amat standar ini bahkan tidak dijumpai di D60. Nikon D60 pun kurang fleksibel karena ketiadaan dukungan wireless flash ataupun asesori resmi battery grip.

Dukungan lensa

Tidak dipungkiri lagi, dukungan lensa Nikon selalu jadi alasan utama mengapa orang memilih DSLR Nikon. Betul kalau D60 tidak bisa auto fokus di lensa Nikon lama, tapi kini jajaran lensa Nikon AF-S baru sudah semakin banyak. Lensa kit D60 pun sudah amat baik plus sudah ada VRnya. Bila ingin menambah lensa lagi, pertimbangkan AF-S 55-200mm untuk telenya, dan AF-S 12-24mm untuk widenya. Bila bosan memakai lensa kit, tersedia lensa lain pengganti lensa kit yang bagus dan terjangkau seperti AF-S 18-135mm, AF-S 18-105mm atau AF-S 16-85mm, kesemuanya lensa DX. (Catatan : lensa Nikon non-DX juga bisa dipakai, meski ukurannya lebih besar dari lensa DX).

Penerus D60 di 2009 (update 30 Juli 2009)

Nikon D3000 dengan 11 titik AF dan LCD berukuran 3 inci. Baik D3000 dan D60 masih sama-sama memakai sensor CCD 10 MP, tanpa live-view dan burst 3 fps. Bila D3000 ini sudah tersedia di pasaran, maka D60 ini secara alami akan diskontinu.

Olympus E620 : fitur dan kinerja mendekati kamera DSLR semi-pro

oly-e520Penerus E520 ini masih tergolong DSLR entry-level, meski sebenarnya secara fitur sudah mendekati DSLR semi-pro. Terinspirasi dari sukses E-30, Olympus membuat kejutan dengan perubahan radikal pada E620 dengan banyak penyempurnaan yang membuatnya mampu bersaing dengan DSLR entry-level lain. Tersedia paket dengan lensa kit 14-42mm (di beberapa tempat dijual dengan paket dobel lens kit 40-150mm), dengan sensor NMOS 12 MP beraspek rasio 4 : 3 dan crop factor 2x, maka lensa kit ini menjadi setara dengan 28-85mm. E620 telah dilengkapi layar LCD 2,7 inci yang bisa dilipat, live-view, anti debu, dan stabilizer pada bodinya. So, meski E620 di daftar ini menjadi yang termahal (dan terbaru), namun dengan segala kelebihan fiturnya memang layak untuk menjadi yang terbaik di kelas DSLR pemula.

Plus

Live-view dengan face detection, 7 titik AF (sebelumnya 3 titik AF di E520), anti debu SSWM, stabilizer pada bodi (4 stop) sehingga lensa yang terpasang mengalami efek stabilisasi, flash wireless untuk kreativitas lampu kilat, desain bodi tampak kokoh dan tidak murahan, layar LCD 2,7 inci yang bisa dilipat, shadow adjustment technology, sebagian tombolnya bisa menyala dalam gelap, 4 fps burst mode yang cepat, dan mendukung dua macam memory card (CF dan xD).

Minus

Gambar lebih noise di ISO tinggi dibanding kompetitor (karena ukuran sensor yang lebih kecil dari APS-C), cenderung mengalami highlight clipping, viewfinder lebih kecil dari pesaingnya, tata letak tombol tersebar di berbagai sisi bodi kamera.

Dukungan lensa

Terdapat beberapa lensa Zuiko yang berkualitas, dengan asumsi crop factor 2x dari sensor Olympus, membuat lensa tele akan mendapat keuntungan lebih dimana fokal 200mm bisa menjadi 400mm, misalnya. Sebagai teman dari lensa kit, bisa dipertimbangkan Zuiko ED 40-150mm dan untuk lensa widenya bisa memakai ED 9-18mm.

Kesimpulan

DSLR entry-level menjadi produk primadona mereka yang punya anggaran terbatas ataupun mereka yang baru menerjuni dunia fotografi digital. Dengan dana 5 sampai 7 juta, sudah bisa didapat kamera DSLR yang cukup lengkap, berkualitas tinggi dan berkinerja lumayan dan memiliki paket lensa kit yang memadai untuk mulai belajar memotret. Meski ada juga DSLR entry level yang punya harga 8 jutaan (seperti EOS 450D/500D, Pentax K200D atau Nikon D5000) namun menurut kami dengan dana 7 juta atau kurang kita sudah bisa memiliki DSLR kelas pemula yang baik, dan dana 8 juta sebetulnya lebih baik dipakai untuk membeli DSLR semi-pro bodi only semisal Nikon D80 atau Canon 40D.

Dari daftar 5 kamera DSLR pemula di atas, yang bisa disimpulkan adalah :

  • harga jual : termahal Olympus E-620, termurah Sony A300
  • jumlah titik AF : terbanyak Sony A300 (9 titik), paling sedikit Nikon D60 (3 titik)
  • kecepatan burst : tercepat Olympus E-620 (4 fps), Pentax K-m (3,5 fps)
  • sanggup hingga ISO 3200 : Olympus E620, Pentax K-m, Sony A300
  • wireless flash commander : Sony A300 dan Olympus E620
  • stabilizer di bodi : Olumpus E620 dan Pentax K-m
  • baterai : Pentax K-m pakai 4 x AA, lainnya baterai lithium
  • kesamaan umum : shutter max (1/4000 detik), viewfinder coverage (0.95-0.96 %), flash range (11-13m), resolusi LCD (230 ribu piksel) khusus Olympus E620 LCD bisa dilipat.

Canon EOS 500D dengan fitur full-HD movie

Canon mengumumkan kehadiran penerus seri DSLR entry level yaitu Canon EOS 500D yang mengusung resolusi 15 MP. Tidak banyak perubahan mendasar dibanding produk sebelumnya, EOS 450D, kecuali adanya fitur ‘wajib’ DSLR masa kini yaitu HD movie. Kamera yang mampu menjangkau ISO hingga 3200 ini masih tetap mengusung jumlah titik AF yang sama yaitu 9 titik AF dengan satu center cross point. Spesifikasi lain adalah prosesor Digic 4, 3 inci LCD, kemampuan burst 3,4 fps dan live view.

canon-rebel-t1i2

Inilah beberapa fitur utama dari EOS 500D :

  • sensor CMOS 15 MP APS-C (sama seperti EOS 50D)
  • ISO 100 - 3200 (bisa diangkat sampai ISO 12.800)
  • 3.4 fps continuous shooting
  • full-HD movie
  • LCD 3 inci beresolusi 920.000 piksel (sama seperti EOS 5D mark II dan EOS 50D)
  • shutter speed : 30 detik sampai 1/4000 (masih sama seperti EOS 450D)
  • 9 titik AF (masih sama seperti EOS 450D)
  • sistem anti debu pada sensor

Bersamaan dengan peluncuran EOS 500D, Canon juga meluncurkan lampu kilat baru yang mungil bernama Speedlite 270EX. lampu kilat yang ditenagai oleh 2 baterai AA ini memiliki guide number 27 dan bisa dibouncing ke atas hingga 90 derajat.

Daftar lengkap kamera DSLR Canon dan Nikon

Kamera DSLR kini semakin jadi primadona. Soal merk kamera yang melekat kuat di benak kita bisa jadi adalah merk papan atas seperti Canon dan Nikon. Wajar saja, keduanya memang punya sejarah panjang di dunia fotografi dan terus berlanjut di era digital ini. Hingga awal tahun 2010 ini, sudah banyak produk kamera yang mereka luncurkan. Artikel kali ini ditujukan untuk menjadi panduan mengenal jajaran kamera DSLR Canon dan Nikon, diulas secara lengkap dengan rekomendasi serta kisaran harga jualnya untuk panduan belanja anda.

Kamera DSLR Canon

Kelas pemula (entry level)

Canon EOS 1000D (Rebel XS/Kiss F)

1000dInilah kamera DSLR pemula termurah dan terpopuler yang jadi pilihan utama mereka yang budget-minded. Kamera DSLR bersensor CCD 10 MP dan memiliki 7 tiik AF ini hebatnya sudah dilengkapi live-view dan mampu memotret hingga 3 fps. Dijual satu paket bersama lensa kit dengan kisaran harga sekitar 4,8 jutaan, EOS 1000D ini direkomendasikan untuk mereka yang awalnya berencana membeli kamera prosumer namun ingin merasakan sensasi kamera DSLR.

Status : tersedia, namun menjelang diskontinu (Canon dalam waktu dekat akan meluncurkan penerus 1000D)

Rival terdekat : Nikon D60

Canon EOS 450D (Rebel XSi)

450dInilah EOS lawas yang begitu populer dengan sensor CMOS 12 MP dan layar 3 inci yang lega. Meski tergolong cukup berumur, namun fitur 450D sungguh menarik dengan live-view dan Digic III 14 bit. Modul AF pun sudah mencukupi dengan 9 titik AF (bandingkan dengan 1000D yang memakai 7 titik). Dijual seharga 6,7 jutaan plus lensa kit, EOS 450D ini direkomendasikan untuk mereka yang mencari DSLR pemula dengan fitur lengkap, tapi dengan harga jual yang tidak terlalu mahal.

Status : hampir diskontinu, beberapa toko menyediakan paket trade-in

Rival terdekat : Nikon D3000

Canon EOS 500D (Rebel T1i)

500dEOS 500D menjadi kamera DSLR termewah di seri pemula, berkat adanya fitur HD movie dan resolusi yang melonjak tajam menjadi 15 MP. Penyempurnaan lain dari 450D tidak terlalu banyak (seperti resolusi LCD dari 230ribu piksel menjadi 920 ribu piksel), sehingga harga jualnya yang ada di kisaran 7,8 jutaan (plus lensa kit) terasa agak mahal untuk ukuran DSLR kelas pemula. Direkomendasikan untuk yang menyukai memotret dan merekam video.

Status (updated) : meski produk ini sudah digantikan dengan EOS 550D per Februari 2010, namun saat ini 500D masih tersedia dalam jumlah banyak untuk beberapa bulan ke depan.

Rival terdekat : Nikon D5000

Kelas menengah (semi-pro)

Canon EOS 50D

50dEOS 50D menjadi kamera semi-pro Canon yang punya fitur lengkap plus live-view. Layaknya kamera semi-pro pada umumnya, 50D sudah berbahan magnesium alloy yang kuat, bodi weather sealed dan kinerja cepat (6 fps). EOS 50D masih memakai sensor CMOS berukuran APS-C yang resolusinya 15 MP. Sebagai kamera semi-pro, kamera ini sudah memakai finder jenis prisma yang terang. Harga jual sekarang sekitar 9 juta body-only, cocok untuk yang menginginkan DSLR semi-pro dengan harga terjangkau.

Status : hampir diskontinu

Rival terdekat : Nikon D90

Canon EOS 7D

7dTradisi Canon membuat seri satu digit untuk sensor full-frame tidak berlaku disini. EOS 7D hanyalah penerus dari EOS 50D dengan sensor CMOS APS-C yang dinaikkan resolusinya hingga 18 MP. Namun untungnya perubahan dari 50D ke 7D cukup signifikan, sebutlah seperti desain bodi dan tata letak tombol yang diperbaiki, serta jumlah titik AF yang jauh lebih berlimpah (19 titik). Selain itu EOS 7D juga sudah dilengkapi dengan HD movie. Dijual di kisaran harga 15 juta body-only, EOS 7D cocok untuk para pecinta sport dan foto cepat lainnya.

Status : tersedia untuk jangka waktu yang lama

Rival terdekat : Nikon D300s

Kelas pro (full frame)

Canon EOS 5D mark II

5d-iiEOS 5D mark II merupakan penerus EOS 5D dengan penambahan fitur HD movie. Selain itu, sensor 5D mark II adalah berjenis full-frame bersolusi 21 MP yang rendah noise di ISO tinggi. Namun untuk urusan auto fokus, 5D ini justru kalah oleh pendatang baru 7D sehingga kurang cocok untuk memotret sport. Belum lagi kecepatan burst-nya hanya 3.9 fps. Tampaknya kamera seharga 24 juta body only ini lebih cocok untuk yang menyukai landscape atau fotografi interior.

Status : tersedia untuk jangka waktu yang lama

Rival terdekat : Nikon D700

Kelas pro lainnya : EOS 1D mark III, EOS 1Ds mark III dan EOS 1D mark IV (tidak dibahas disini)

Kamera DSLR Nikon

Kelas pemula (entry level), tanpa motor AF di bodi

Nikon D60

d60Inilah kamera DSLR termurah dari Nikon yang masih bisa ditemui di pasaran, sang penerus D40 dengan sensor CCD 10 MP, layar 2,5 inci dan memakai modul AF tradisional dengan hanya 3 titik AF. Pada D60 sudah diperkenalkan fitur Active D-Lighting yang lantas jadi standar di semua DSLR Nikon modern. Harga jual di pasaran sekitar 5 jutaan plus lensa kit, layaknya EOS 1000D, kamera ini direkomendasikan untuk mereka yang awalnya berencana membeli kamera prosumer namun ingin merasakan sensasi memakai kamera DSLR.

Status : hampir diskontinu

Rival terdekat : EOS 1000D

Nikon D3000

d3000Nikon D3000 merupakan DSLR penerus dari D60, boleh dibilang D3000 ini tak banyak berbeda dengan pendahulunya kecuali pemakaian modul 11 titik AF yang fleksibel. Masih mengandalkan sensor CCD 10 MP dan juga masih tanpa fitur live-view, D3000 ini juga direkomendasikan untuk pemula yang mencari DSLR yang mudah dipakai namun berkualitas baik. Dengan harga jual 5,8 jutaan plus lensa kit, tampaknya D3000 bakal jadi kamera populer di tahun 2010 ini.

Status (updated) : Telah hadir Nikon D3100 dengan kemampuan full HD movie. Stok D3000 diprediksi akan segera berkurang dan menjelang diskontinu.

Rival terdekat : EOS 450D

Nikon D5000

d5000jpgProduk elit di kelas pemula ini mengandalkan keistimewaan LCD lipat dan HD movie, melengkapi sensor CMOS 12 MP dan burst 4 fps ditambah modul 11 titik AF yang membuatnya jadi DSLR lengkap dan sarat fitur bahkan terlalu lengkap untuk ukuran DSLR pemula. Konsekuensinya adalah harga jual D5000 yang melambung mencapai 8 juta (plus lensa kit) bahkan lebih mahal dari EOS 500D, cukup mahal mengingat D5000 bukanlah DSLR kelas semi-pro. D5000 cocok untuk mereka yang senang merekam video HD dengan angle sulit (LCD lipat sangat berguna dalam hal ini).

Status (updated) : Sejak peluncuran Nikon D3100, di pasaran mulai sulit menemukan D5000.

Rival terdekat : EOS 500D/EOS 550D

Kelas menengah (semi-pro)

Nikon D90

d90Nikon D90 merupakan penerus Nikon D80 yang populer di masa lalu, dengan positioning yang tanggung yaitu antara DSLR pemula dan DSLR semi-pro. Namun D90 sudah dilengkapi dengan fitur kelas semi-pro seperti finder jenis prisma dan top status LCD sehingga berani bersaing di kelas semi-pro (meski masih memakai material bodi plastik). Nikon D90 merupakan DSLR Nikon pertama dengan fitur HD movie dan dijual di harga 9,5 jutaan (body only), cocok untuk mereka yang tidak puas dengan DSLR pemula namun tidak sanggup membeli DSLR semi-pro yang mahal.

Status : masih tersedia untuk jangka waktu beberapa bulan lagi (menunggu kelanjutan dari D90).

Rival terdekat : EOS 50D

Nikon D300/D300s

d300sDi kelas semi-pro sesungguhnya, Nikon mengandalkan D300/D300s yang tangguh, cepat dan mewah. Dengan 51 titik fokus dan 1005 pixel RGB metering, D300 siap diajak bekerja cepat hingga 7 fps. D300s menambahkan fitur HD movie dan dual slot memory-card dibanding D300, namun keduanya masih sama-sama beresolusi 12 MP saja pada keping sensor CMOS APS-C. D300/D300s cocok untuk mereka yang mengutamakan kecepatan, akurasi dan custom setting yang lengkap, D300s dijual di kisaran 17 juta body only.

Status : D300 menjelang diskontinu, D300s tersedia untuk jangka waktu yang lama

Rival terdekat : EOS 7D

Kelas pro (full frame)

Nikon D700

d700Di kelas profesional, Nikon punya D700 dengan sensor FX (full frame) yang masih setia di resolusi 12 MP layaknya D300 yang berformat DX. D700 memang bersaing dengan EOS 5D mark II, bahkan harga jual body only pun sama di kisaran 24 jutaan. Soal ISO tinggi jangan kuatir, D700 sanggup memberi foto dengan noise amat rendah di ISO tinggi berkat sensor full-framenya. D700 punya 51 titik AF, burst 5 fps dan masih menyediakan built-in flash.

Status : tersedia untuk jangka waktu yang lama

Rival terdekat : EOS 5D mark II

Kelas pro lainnya : Nikon D3, D3x dan D3s (tidak dibahas disini)

Canon hadirkan EOS 7D dan lensa zoom baru

Kabar kalau Canon akan meneruskan EOS 50D dengan produk baru yang dilengkapi fitur HD movie kini terbukti sudah. Canon hari ini mengumumkan peluncuran EOS 7D (sempat diprediksi akan bernama EOS 60D) sebagai DSLR beresolusi 18 MP dengan fitur HD movie. Bila anda sempat menganggap kalau 7D itu adalah nama DSLR full frame, rupanya anda keliru. Canon (entah mengapa) justru memutuskan untuk memberi nama penerus EOS 50D ini dengan nama satu digit, bukannya melanjutkan tradisi dua digit seperti sebelumnya. Tidak seperti perubahan dari 40D ke 50D yang hanya berubah secara internal, kini perubahan dari 50D ke 7D bisa dibilang adalah perubahan luar dalam, yaitu penyempurnaan dalam hal desain bodi sekaligus spesifikasi teknis kamera.

Canon EOS 7D
Canon EOS 7D

Yang unik, perubahan paling terasa dalam desain bodi adalah perubahan tata letak tombol yang tadinya di bawah LCD, kini bergeser ke arah kiri LCD. Akhirnya Canon pun harus mengikuti desain DSLR pada umumnya yang lebih rasional, karena memang sulit mengoperasikan kamera yang punya deretan tombol di bawah LCD. Meski demikian, anda yang menantikan hadirnya LCD lipat dari Canon masih harus bersabar, karena Canon tampaknya masih menahan diri untuk ikut terjun di sistem LCD lipat yang digagas oleh Olympus, Sony dan Nikon.

Berikut spesifikasi dari Canon EOS 7D :

  • sensor APS-C 18 MP
  • Dual Digic IV processor
  • 19 AF points, semuanya cross-type sensor (wow)
  • ISO maks 6400 (bisa dinaikkan hingga 12800)
  • Virtual Horizon
  • 8 fps continuous shooting
  • 100% viewfinder coverage
  • live view
  • HD Movie
  • LCD 3 inci dengan resolusi 920 ribu
  • anti debu
  • teruji hingga 150ribu kali jepret
  • Harga sekitar 17 juta
EOS 7D tampak belakang
EOS 7D tampak belakang

Oke, kita kupas sedikit mengenai produk terelit Canon di kelas crop-sensor ini. Pertama, dalam hal resolusi sensor, Canon jelas semakin ambisius untuk memenangkan persaingan dengan Nikon D300s dengan menaikkan resolusi dari 15 MP ke 18 MP. Dengan ukuran sensor yang sama, maka prediksi kami EOS 7D ini akan lebih menderita dalam hal noise (mungkin Digic IV bisa mengurangi noise itu tapi tentu tidak terlalu efektif). Kedua, kenaikan jumlah titik AF perlu diacungi jempol karena inilah penyebab EOS 50D kalah dalam hal auto fokus dibanding dengan Nikon D300. kami menyukai viewfindernya yang besar, kinerja burst 8 fps yang cepat dan fitur HD movie yang jadi tren di tahun ini. Kami masih penasaran akan kemampuan live-view dan kecepatan fokus dalam mode tersebut, namun mengingat prinsip kerjanya masih sama, maka asumsikan saja kinerja live-view 7D ini masih sama seperti 50D. Sebagaimana layaknya DSLR semi profesional lainnya, 7D ini pun punya shutter unit yang mampu dipakai hingga 150 ribu kali jepret tanpa rusak, sehingga menghindarkan para pengguna untuk sering mampir ke service center guna mengganti unit shutter.

Sebagai tambahan, Canon juga meluncurkan dua lensa zoom kelas consumer baru yaitu :

  • EF-S 15-85mm f/3.5-5.6 IS USM (8 jutaan)
  • EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS (5 jutaan)

EF-S-15-85mm

EF-S-15-85mm

Lensa EF-S 15-85mm adalah penyempurna dari lensa sebelumnya yaitu EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM. Perbedaan utamanya adalah lensa baru ini lebih wide (15mm atau ekuivalen 24mm) dan bukaan maksimum lebih besar (f/3.5 dibanding f/4) sehingga layak untuk dijadikan lensa utama sehari-hari. Ditambah dengan IS dan motor USM, lensa elit yang tidak cocok untuk DSLR full frame dan bukan tergolong lensa L series ini masih tergolong sangat baik dan kualitasnya mungkin setara dengan Nikon AF-S 16-85mm VR.

EF-S-18-135mm

EF-S-18-135mm

Sedangkan lensa EF-S 18-135mm meski tanpa motor USM namun rasanya sudah cukup lengkap karena ada fitur IS. Dengan hadirnya lensa EF-S 18-135mm, pemakai DSLR Canon akhirnya bisa menjajal lensa zoom ekonomis yang punya rentang fokal mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Sebelumnya, tidak banyak pilihan lensa Canon dengan ciri seperti tersebut diatas sehingga pemakai DSLR Canon terpaksa harus mencari merk lensa alternatif. Bandingkan dengan Nikon yang punya bermacam lensa zoom ekonomis yang bermula dari 18mm seperti 18-70mm, 18-105mm dan 18-135mm.

Lensa Canon vs Lensa Nikon

Saat kita akan membeli kamera DSLR, sebaiknya pilihan merk DSLR mana yang akan dibeli perlu memperhitungkan pada kemudahan dan ketersediaan pilihan lensa nantinya. Maka itu produsen DSLR papan atas seperti Canon dan Nikon tetap jadi favorit fotografer, karena jajaran lensa yang dimilikinya amat lengkap. Betul kalau Pentax, Olympus, Sony (Minolta) juga punya koleksi lensa yang lengkap, namun kadang-kadang pemiliki DSLR juga tergoda untuk membeli lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina dan nyatanya lensa alternatif seperti ini tidak banyak menyediakan pilihan lensa dengan mounting selain versi Canon atau Nikon. Belum lagi ketersediaan stok lensa di tanah air tampaknya lebih bersahabat untuk merk Canon dan Nikon saja.

Bermacam lensa DSLR

Bermacam lensa DSLR



Lensa kamera DSLR terbagi menjadi beberapa macam. Paling sederhana adalah dari jenisnya, yaitu lensa tetap (fix/prime) dan lensa zoom (variabel rentang fokal). Lensa zoom juga akan terbagi dua, yaitu yang bukaannya konstan (fix f/2.8, fix f/4 dsb) atau yang bukaannya variabel (mengecil saat di zoom). Dari ukuran diameter lensa juga ada dua macam lensa DSLR, yaitu lensa untuk SLR film/DSLR full frame, dan lensa dengan diameter lebih kecil (untuk APS-C). Dari segi teknologi juga lensa terbagi dua, dengan motor fokus (dan mikro-chip) di dalam lensa dan tanpa motor fokus (lensa lama). Dengan banyaknya perbedaan ini, wajar kalau para fotografer pemula (seperti saya) menjadi kebingungan saat melihat lensa yang dijual di pasaran, apalagi harganya pun bisa bervariasi dari satu juta hingga puluhan juta.

Sekedar mengenal jajaran lensa Canon dan Nikon, saya sajikan daftar head-to-head lensa favorit para fotografer beserta sedikit ulasannya. Tapi sebelumnya, saya sajikan dulu terminologi atau istilah dari keduanya supaya tidak bingung :

* Ukuran diameter lensa : Canon memakai istilah EF dan EF-S, perhatikan kalau kode EF menunjukkan diameter yang besar (untuk SLR film dan DSLR Full Frame) sementara EF-S adalah untuk sensor APS-C yang image circle lebih kecil. Demikian juga lensa Nikon, yang berkode DX artinya hanya untuk kamera Nikon DX saja. Lensa Nikon tanpa kode DX artinya bisa dipakai di SLR Nikon film atau DSLR Nikon full-frame (meski di DSLR Nikon DX pun tetap bisa).
* Teknologi : Canon memiliki lensa dengan motor fokus USM (Ultra Sonic Motor) di dalamnya, tapi tidak semua lensa Canon terbaru memakai motor USM. Motor USM sendiri terkenal akan kehalusannya, kecepatannya dan akurasinya, dan lensa Canon dengan teknologi USM relatif mahal. Sebaliknya, semua lensa Nikon berteknologi AF-S pasti ada motor fokus SWM (Silent Wave Motor), sementara lensa lama Nikon AF atau AF-D tidak ada motornya. Meski semua lensa AF-S ada motor SWM, tapi kinerja motor itu tidak sama antara lensa mahal dan lensa murah. Motor SWM di lensa murah lebih lambat dalam mengunci fokus.
* Optical Image Stabilizer : Baik Canon dan Nikon memiliki kesamaan dalam menerapkan sistem stabilizer pada lensa, dimana artinya tidak semua lensa memiliki fitur ini. Cara kerjanya yaitu gyro-sensor di dalam lensa mendeteksi getaran tangan dan melakukan kompensasi dengan menggerakkan elemen lensa khusus sehingga foto yang diambil pada speed rendah (dan/atau posisi tele) terhindar dari resiko blur. Canon menamai sistem ini dengan kode IS (Image Stabilizer), sementara Nikon memakai kode VR (Vibration Reduction). Baik IS dan VR, keduanya dapat menampilkan efek stabilisasi pada viewfinder optik, sebelum foto diambil.
* Pembagian kasta : Di lensa Canon terdapat dua kasta lensa, yaitu lensa biasa dan lensa Luxury (L series, ditandai gelang merah diujungnya). Nikon tidak membedakan kasta pada lensanya, hanya saja lensa Nikon baru disederhanakan dengan meniadakan ring aperture, ditandai dengan kode G (gelded).

Lensa prime / fix

Lensa fix punya ketajaman tak tertandingi oleh lensa zoom, dengan bukaan yang umumnya besar, sehingga cocok untuk dipakai foto potret dengan bokeh yang menawan. Canon dan Nikon sama-sama punya jajaran lensa fix yang lengkap, dengan fokal mulai dari wide (sekitar 20mm), normal (sekitar 50mm) hingga tele (sekitar 100mm). Perhatikan kalau semua lensa fix Canon adalah berkode EF, dengan beberapa diantaranya memakai kode L dan USM.

Beberapa lensa fix kelas elit dari Canon adalah :

* EF 24mm f/1.4L USM
* EF 50mm f/1.2L USM
* EF 85mm f/1.2L II USM

Sementara Nikon punya jajaran lensa prime yang bukaan maksimal di f/1.4 seperti yang baru saja diluncurkan yaitu AF-S 50mm f/1.4G. Sedangkan lensa fix ekonomis dan favorit dari Canon adalah EF 50mm f/1.8, dan dari Nikon adalah AF 50mm f/1.8D. Selain itu, Nikon juga punya prime yang wide seperti AF 14mm f/2.8D ED dan prime tele seperti AF 85mm f/1.4D IF, dan prime micro seperti AF-S 105mm f/2.8D VR ED. Bicara soal lensa prime tele, baik Canon maupun Nikon punya jajaran lensa tele yang lengkap mulai dari 135mm, 180mm, 200mm, 300mm, 400mm, 500mm dan 600mm (Canon bahkan punya yang 800mm dan 1.200mm), beberapa dilengkapi dengan IS atau VR.

Lensa zoom : wideangle

Bila lensa fix tidak memberi keleluasaan untuk berganti posisi fokal, maka lensa zoom memungkinkan kita untuk merubah fokal dalam rentang tertentu sehingga bisa didapat berbagai variasi komposisi (dan terhindar dari sering maju mundur). Lensa zoom wideangle umumnya bermula dari 14 sampai 24mm, namun perhatikan kalau dipakai di kamera dengan crop factor (1,6x untuk Canon APS-C, 1,3x untuk Canon 1Ds dan 1,5x untuk Nikon), maka panjang fokalnya akan banyak berubah. Untuk itu, produsen lensa harus berusaha ekstra keras untuk mendesain lensa yang amat wide supaya saat terkena crop factor, lensa tersebut masih layak disebut lensa wide.

Untuk kebutuhan fotografi wideangle seperti landscape dan arsitektur, pemakai Canon sensor APS-C hanya bisa menikmati lensa wide EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM, sementara pemakai Nikon DX bisa menjajal lensa anyar yaitu AF-S DX 10-24mm f/3.5-4.5G IF ED. Untuk pemakai Nikon Full frame, tersedia Nikon AF-S 14-24mm f/2.8G ED. Sayangnya dari pihak Canon belum tersedia lensa EF yang sepadan dengan Nikon 14-24mm f/2.8 ini.

Lensa zoom : standar

Rentang zoom standar merupakan rentang aman, dengan kemampuan wide dan tele yang mencukupi sehingga untuk bepergian cukup dengan membawa satu lensa saja ini saja. Kabar gembira bagi pemakai Nikon DX karena tersedia banyak lensa Nikon DX yang berkualitas dan terjangkau (seperti lensa kit D40 18-55mm), diantaranya :

* AF-S DX 16-85mm f/3.5-5.6G ED VR
* AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF ED (bukaan konstan)
* AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G IF ED (kitnya D70)
* AF-S DX 18-105mm f/3.5-5.6G VR (kitnya D90)
* AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF ED (kitnya D80)
* AF-S DX 18-200mm f/3.5-5.6G VR IF ED (sapu jagad)

Ketersediaan banyak pilihan lensa standar DX yang murah dan berkualitas inilah yang menjadikan banyak fotografer yang non profesional memilih kamera DSLR Nikon, meski banyaknya pilihan ini juga dikritik beberapa pengamat karena banyaknya overlap dalam rentang lensa dan umumnya punya bukaan lensa yang mirip (semestinya Nikon mulai membuat lensa standar bukaan konstan f/4).

Sementara bagi pemakai Canon APS-C yang perlu lensa EF-S tampaknya harus cukup bersabar karena sementara ini hanya tersedia lensa EF-S berikut ini (tidak termasuk 18-55mm) :

* EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM (bukaan konstan)
* EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM
* EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (sapu jagad – non USM)

Kondisi menjadi berbalik saat kita melihat jajaran lensa Full frame, dimana Canon punya ciri khas dengan menyediakan dua pilihan lensa untuk seri EF-nya, yaitu lensa bukaan konstan yang cepat (f/2.8 ) dan lensa bukaan konstan yang ekonomis (f/4). Sementara Nikon hanya menyediakan lensa bukaan cepat f/2.8 yang mahal saja.

Lensa Canon EF standar yang favorit (L series) :

* EF 16-35mm f/2.8L USM
* EF 17-40mm f/4L USM
* EF 24-70mm f/2.8L USM
* EF 24-105mm f/4L IS USM

Sementara sebagai padanannya, di jajaran Nikon juga terdapat dua lensa zoom standar yang menjadi favorit :

* AF-S 17-35mm f/2.8D IF ED
* AF-S 24-70mm f/2.8G ED

Sebagai catatan, masih banyak lensa lain dari Canon EF ataupun Nikon non DX untuk rentang standar seperti 28-80mm, 28-105mm, dan 28-200mm, namun karena lensa ini bermula dari 28mm, maka bila terkena crop factor akan menjadi tidak umum (sekitar 43mm) sehingga kurang disukai pemakai DSLR Canon APS-C ataupun Nikon DX.

Lensa zoom : tele

Kita mulai di kelas APS-C atau kelas DX. Nikon terkenal akan lensa telenya yang ekonomis, AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G IF-ED VR sementara Canon menawarkan kemampuan tele lebih panjang dengan EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS. Canon sendiri sebenarnya punya lensa lawas dengan rentang 55-200mm tapi bukan EF-S dan sudah diskontinu.

Selanjutnya, di kelas Full-frame, persaingan head-to-head berimbang terjadi di dua kelas, yaitu kelas 70-300mm dan kelas 70-200mm bukaan konstan. Canon punya EF 70-300mm f/4-5.6 IS USM dan Nikon punya AF-S 70-300mm f/4.5-5.6G IF ED VR yang mana keduanya disukai banyak fotografer karena harganya terjangkau dan kemampuan telenya lumayan jauh di 300mm (ekuivalen 450mm). Di kelas lensa bukaan konstan 70-200mm, ketimpangan terjadi saat Nikon yang hanya punya satu produk lensa harus bersaing dengan empat (ya, empat) lensa Canon 70-200mm. Nikon mengandalkan AF-S 70-200mm f/2.8G IF ED VR sementara Canon punya empat pilihan yaitu :

* EF 70-200mm f/2.8L IS USM (cepat, plus IS)
* EF 70-200mm f/2.8L USM (cepat,tanpa IS)
* EF 70-200mm f/4L IS USM (hemat,plus IS)
* EF 70-200mm f/4L USM (paling hemat, tanpa IS)

Sementara untuk keperluan lensa tele zoom khusus baik Canon maupun Nikon juga punya rentang yang tidak umum seperti :

* Canon EF 90-300mm f/4.5-5.6 USM
* Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM
* Nikon AF 80-400mm f/4.5-5.6D ED VR
* Nikon AF-S 200-400mm f/4G IF ED VR

Nah, itulah beberapa daftar line-up lensa dari Canon maupun Nikon yang umum digunakan para fotografer. Pilihan lensa dari keduanya memang tergolong cukup lengkap, sehingga tak heran para profesional banyak yang melirik DSLR dari Canon ataupun Nikon. Hanya saja kita harus mencermati kebutuhan lensa kita (sebelum membeli DSLR), bila sudah perlu satu lensa spesifik maka memilih kamera DSLR tentu tidak jadi masalah. Sekali kita menentukan merk kamera, maka kita akan terikat pada sistem yang semerk, seperti lensa dan lampu kilat.

Sebagai penutup, berikut kesimpulan singkat dari ulasan diatas :

* istilah yang umum dijumpai di lensa Canon : EF, EF-S, USM, IS, L series
* istilah yang umum dijumpai di lensa Nikon : AF, AF-S, SWM, VR, DX
* Canon dan Nikon sama-sama punya lensa fix yang lengkap
* Di kelas lensa zoom wideangle, Nikon punya koleksi lebih lengkap
* Di kelas lensa standar zoom, Nikon lebih lengkap di lensa kelas DX, sementara Canon lebih lengkap di kelas lensa full-frame
* Di kelas lensa tele, Canon dan Nikon sama-sama punya koleksi yang lengkap (catatan Canon 70-200mm punya empat varian)
* Nikon tidak banyak punya lensa bukaan konstan f/4 (seperti AF-S DX 12-24mm f/4G IF ED)
* Untuk mendapat kinerja optik tertinggi (plus teknologi USM) dari lensa Canon, bisa didapat dari lensa Canon L series.

Pilihan lensa ekonomis untuk DSLR pemula

Banjirnya produk DSLR pemula (entry level) telah membawa perubahan pada segmentasi pembeli kamera digital. Bila dahulu mereka yang punya DSLR kebanyakan adalah para fotografer yang sudah punya koleksi lensa lama, maka kini banyak pemilik DSLR (pemula) yang baru pertama kali bergabung di dunia DSLR. Dengan demikian, umumnya kelompok ini barulah berkenalan dengan satu macam lensa, yaitu lensa kit yang disediakan dalam paket penjualan. Kalaupun sedang berencana membeli DSLR, adakalanya mereka bingung apakah akan membeli DSLR plus lensa kit ataukah DSLR body-only.

lensaSebelum membahas lebih jauh, kami luruskan dahulu bahwa lensa kit yang umum dijadikan paket penjualan DSLR adalah lensa zoom dengan rentang fokal yang setara dengan 28-85mm, dengan bukaan f/3.5-5.6 dan berbahan plastik. Pada dasarnya tidak ada yang salah dengan lensa kit semacam ini. Harga jualnya yang tergolong murah tidak berarti lensa kit memakai elemen optik murahan. Harga murah karena desain lensa kit ini memakai bukaan variabel (tidak konstan) yang tergolong kecil, pemakaian material bodi dan mounting dari bahan plastik, dan minimnya fitur profesional seperti distance marking skale. Namun lensa kit masa kini sebagian sudah dilengkapi dengan fitur yang bermanfaat seperti motor fokus dan stabilizer optik.

Bila anda sedang mempertimbangkan lensa lain selain lensa kit, atau saat anda hanya ingin membeli DSLR body only dan perlu mencari lensa ekonomis yang bisa diandalkan, berikut kami hadirkan beberapa jenis lensa ekonomis dengan harga dibawah 5 juta, sebagai bahan pertimbangan anda.

Lensa fix/prime

Lensa dengan fokal tetap memang jadi unggulan utama karena ketajaman dan bokehnya yang tak tertandingi oleh lensa zoom, maka itu wajar bila ada yang menganggap lensa prime merupakan lensa wajib untuk fotografer. Selain itu lensa fix jauh lebih murah bila dibanding dengan lensa zoom, karena hanya memiliki sedikit komponen optik. Namun memakai lensa fix tentu perlu banyak ekstra usaha untuk berganti komposisi karena anda tidak bisa bermain zoom. Fokal lensa fix yang cukup populer adalah lensa prime dengan fokal ‘normal’ 50mm, meski ada juga fix yang wide hingga fix yang (sangat) tele. Meski demikian, untuk urusan potret wajah, anda bisa memilih lensa fix dengan fokal berapapun asal diatas 35mm (dibawah 35mm sudah tergolong wideangle yang kurang cocok untuk potret wajah karena efek distorsi lensa).

Contoh lensa prime 50mm f/1.8

Contoh lensa prime 50mm f/1.8

Lensa fix yang populer karena harganya adalah lensa normal (sekitar 50mm) dengan bukaan berkisar antara f/1.8 hingga f/2.8 karena secara ukuran bukaan diafragma sudah cukup besar (atau biasa disebut lensa cepat) sehingga sudah sangat handal dipakai di kondisi low-light, meski bukaannya tentu tidak sebesar lensa fix kelas mahal seperti f/1.4 apalagi f/1.2.

Pilihan lensa prime normal dengan harga terjangkau diantaranya :

  • Canon EF 50mm f/1.8 II (1 jutaan)
  • Nikon AF 50mm f/1.8 (1 jutaan - tidak bisa auto fokus bila dipakai di D40-D5000)
  • Nikon AF-S 35mm f/1.8 DX (3 jutaan, bisa autofokus di D40-D5000)
  • Sony SAL 50mm f/1.8 DT (2 jutaan)
  • Pentax DA 40mm f/2.8 (2,5 jutaan)
  • Olympus Zuiko 35mm f/3.5 macro

Lensa zoom - tele

Bila seseorang telah memiliki sebuah lensa kit, umumnya telah merasakan kurangnya kemampuan telephoto dari lensa kit yang memang terbatas. Maka itu untuk memenuhi hasrat ingin menjangkau lebih jauh, pemilik DSLR plus lensa kit lalu mencari lensa kedua yang berjenis lensa zoom tele. Lensa zoom tele artinya lensa zoom dengan variabel fokal yang berkisar di rentang tele, biasanya dimulai dari 50mm hingga 400mm. Tidak semua lensa tele itu berjenis lensa zoom, ada juga lensa tele yang fix di suatu fokal tertentu, misal 500mm. Dalam hal ini kami pilihkan lensa zoom tele supaya praktis dan sekaligus kami pilihkan yang harganya juga terjangkau. Diantara beberapa pilihan lensa zoom tele, rentang yang dianggap cukup ekonomis adalah rentang 50-200mm dan 70-300mm. Lensa zoom semacam ini punya bukaan diafragma yang variabel sehingga bisa dijual lebih murah dan ukurannya lebih kecil, bedakan dengan lensa zoom tele yang punya bukaan konstan f/2.8 atau f/4 yang berukuran besar dan harganya mahal.

Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)

Lensa zoom tele 40-150mm (setara 80-300mm)

Pilihan lensa zoom tele ekonomis diantaranya :

  • Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS (2,5 jutaan)
  • Nikon AF-S 55-200mm f/4-5.6 VR (2,5 jutaan)
  • Pentax DA 50-200mm f/4-5.6 ED (2,5 jutaan)
  • Sony SAL 55-200mm f/4-5.6 DT (2,5 jutaan)
  • Olympus Zuiko 40-150mm f/4-5.6 (2,5 jutaan)
  • Sigma APO 70-300mm f/4-5.6 DG macro (3 jutaan)
  • Tamron AF 70-300mm f/4-5.6 Di LD (2,5 jutaan)

Lensa zoom - all-round

Lensa zoom all-round atau all in-one diterjemahkan sebagai lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang efektif untuk segala keperluan dari wide hingga tele. Tak seperti lensa kit yang zoomnya umumnya pendek (3x), lensa zoom all-round dirasa lebih praktis dan lebih panjang (5-10x). Praktis karena cukup punya satu lensa sehingga mengurangi frekuensi berganti lensa hanya untuk mendapat fokal tertentu (apalagi bila sering berganti lensa beresiko masuknya debu ke dalam sensor), meski secara optik tentu semakin panjang zoom lensa maka ketajamannya juga akan semakin menurun. Meski tidak ada aturan baku, lensa zoom all-round ini biasanya bermula dari 18, 24 atau 28mm dan berakhir di 100 hingga 200mm. Bila anda memilih membeli lensa zoom all-round, maka lensa kit yang sudah anda miliki bisa dijual saja.

Kekurangan lensa zoom semacam ini adalah masalah bukaan lensa yang tidak mungkin dibuat besar dan konstan. Sebagai konsekuensi dari rumitnya susunan optik didalam lensa, maka desain aperture di dalam lensa semacam ini umumnya bermula dari f/3.5 di posisi wide-end dan mengecil hingga f/6.3 di posisi tele-end. Maka itu lensa ini biasa disebut dengan lensa lambat, dan tidak cocok dipakai di daerah kurang cahaya.

Lensa all-around Pentax 18-250mm

Lensa all-around Pentax 18-250mm

Pilihan lensa zoom all-round yang cukup terjangkau diantaranya :

  • Canon EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS baru (4 jutaan)
  • Nikon AF-S 18-105mmf/3.5-5.6 DX VR (3.5 jutaan)
  • Tamron 18-200mm f/3.5-6.3 (3 jutaan)
  • Sigma 18-200mm f/3.5-6.5 DC OS (4 jutaan)

Adapun lensa zoom all-round lain yang dijual di kisaran 5 hingga 10 juta, bagi sebagian orang masih tergolong ekonomis meski tak dipungkiri bagi sebagian lainnya sudah tergolong mahal. Padahal banyak lensa-lensa berkualitas di kisaran harga ini, maka sebagai bonus kami sampaikan juga beberapa produk lensa yang mungkin menarik minat anda bila dananya mencukupi :

  • Canon : EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (7 jutaan), EF-S 15-85mm f/3.5-5.6 IS USM (6 jutaan)
  • Nikon : AF-S 18-200mm f/3.5-5.6 VR (8 jutaan), AF-S 16-85mm f/3.5-5.6 DX VR (6 jutaan)
  • Olympus : Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5 II (6,5 jutaan), Zuiko ED 12-60mm f/2.8-4.0 SWD (9,5 jutaan)
  • Pentax : DA 18-250mm f/3.5-6.3 ED SMC (6 jutaan)
  • Sony : 18-200mm f/3.5-6.3 DT (6 jutaan), SAL 16-105mm f/3.5-5.6 DT ( 7 jutaan)

Cara menilai kualitas lensa kamera DSLR

Banyak sekali mereka yang ingin tahu bagaimana caranya menilai kualitas lensa dari kamera DSLR. Hal ini memang wajar mengingat lensa yang berkualitas adalah jaminan hasil foto yang maksimal dan akan semakin penting bila foto yang anda hasilkan adalah untuk dikomersilkan. Bila anda memulai dunia DSLR dengan kamera plus lensa kit, bisa jadi anda merasa penasaran untuk mencari lensa lain yang kualitasnya lebih baik. Masalahnya, ternyata bukan hal yang mudah untuk mendapatkan lensa yang kita idamkan. Begitu banyak pilihan, ditambah berbagai istilah yang membingungkan, hingga deviasi harga yang sangat lebar, membuat niat mencari lensa idaman bisa menjadi ciut. Tapi jangan kuatir, kami hadirkan artikel ini untuk membantu anda mengenali cara untuk menilai kualitas lensa.

Teknologi digital dalam fotografi membuahkan generasi kamera baru dengan sensor beresolusi tinggi. Saat ini kamera dengan resolusi sensor 10 juta piksel pun bisa dianggap ketinggalan jaman, bahkan peningkatan resolusi di kamera DSLR khususnya jenis sensor full-frame sudah mendekati resolusi sensor kamera medium format dengan resolusi diatas 20 juta piksel. Dibutuhkan lensa yang mampu mengimbangi tingginya resolusi sensor sehingga syarat utama lensa berkualitas adalah ketajaman lensa. Di atas kertas, di lab pengujian, kita mengenal adanya MTF chart alias grafik kontras dan ketajaman lensa menurut versi si produsen. Penjelasan yang rumit mengenai MTF ini bakal membuat kening kita berkerut sehingga kita sederhanakan saja bahwa grafik MTF dibuat untuk mewakili karakter optik lensa secara umum dan lensa yang tajam semakin diperlukan untuk mengimbangi tingginya resolusi kamera digital masa kini.

Contoh pengujian lensa (credit : bobatkins.com)

Contoh pengujian lensa (credit : bobatkins.com)

Untuk menilai kualitas lensa, kami asumsikan anda sudah mengetahui jenis lensa apa yang akan dinilai, misalnya dari jenis lensa yaitu lensa fix atau lensa zoom, dan dari desain diafragma lensa yaitu lensa cepat (bukaan besar) dan lensa lambat (bukaan kecil). Anda juga kami anggap sudah mengerti akan fokal lensa yang akan dinilai, apakah itu lensa wide, lensa normal, lensa tele, zoom wide, zoom normal, zoom tele atau all-round zoom. Baiklah, kita lanjut saja.

Penilaian dasar lensa secara umum bisa saja disederhanakan pada unsur :

  • bukaan diafragma (semakin besar semakin bagus/cepat)
  • rentang fokal (semakin lebar semakin bagus/useful)
  • banyaknya fitur (stabilizer, motor mikro dsb)
  • elemen optik tambahan (lensa ED, coating khusus dsb)
  • material lensa (plastik/logam, weather sealed atau tidak dsb)

Meskipun untuk menilai lebih jauh mengenai lensa kita perlu meninjau sedikit lebih dalam dari setiap lensa yang kita idamkan, diantaranya :

  • bagaimana kinerja auto fokus (akurasi, kecepatan dan kehalusan)
  • bagaimana rasanya saat lensa zoom diputar
  • bagaimana desain ring manual fokus dan akurasinya
  • bagaimana indikator posisi zoom dan fokus tampak jelas dan mudah dibaca
  • apakah bagian depan lensa ikut berputar saat mencari fokus
  • bagaimana kemampuan makronya, dan jarak fokus terdekatnya

Dan pada akhirnya, kualitas optiklah yang menjadi faktor penentu bagus tidaknya lensa DSLR yang kita nilai. Berikut adalah faktor penting untuk menilai kualitas optik sebuah lensa :

  • lensa yang baik punya ketajaman yang seragam di tengah dan di tepi (sebaliknya lensa jelek akan blur di bagian pojok/corner softness)
  • lensa yang baik juga mampu menjaga ketajaman saat dipakai di posisi fokal berapa pun, dan bukaan diafragma berapa pun (kecuali saat memasuki batas difraksi lensa/bukaan sangat kecil)
  • lensa yang baik juga punya tingkat keterangan yang sama baik di tengah atau di tepi (sebaliknya lensa jelek akan mengalami fall-off yang nyata/pojokan menjadi gelap)
  • lensa yang baik sanggup mengatasi purple fringing dengan baik (chromatic aberration) dan lensa jelek akan kedodoran saat dipakai di area dengan perbedaan kontras tinggi, sehingga muncul penyimpangan warna keunguan
  • lensa yang baik sanggup mengontrol distorsi dengan baik, garis tidak tampak melengkung kedalam atau keluar
  • lensa yang baik punya kontras yang tinggi, hasil foto tidak pucat
  • lensa yang baik bisa mengatasi flare dengan baik, yang terjadi saat lensa diarahkan ke cahaya terang
  • lensa yang baik tidak merubah warna, biasanya lensa jelek punya coating yang menggeser warna ke arah merah atau biru
  • lensa yang baik punya bokeh yang menawan, creamy dan out-of-focus pada background

Nah, ternyata bukan hal mudah untuk mencari lensa idaman apalagi semakin mendekati ideal maka harga lensa akan semakin sangat mahal. Untuk itu diperlukan pembatasan akan kriteria lensa yang akan dibeli, semisal rentang fokal, harga (budget), jenis diafragma lensa dan sebagainya. Tidak ada lensa ideal, semua lensa tentu ada kompromi. Contoh :

  • Lensa 18-55mm f/3.5-5.6 dan 17-55mm f/2.8 punya rentang fokal yang hampir sama tapi harganya bisa berbeda 12 kali lipat. Hal ini karena kemampuan lensa 17-55mm f/2.8 dalam memasukkan cahaya jauh lebih besar dan konstan di seluruh panjang fokal. Komprominya tentu adalah harga dan bobot/ukuran lensa itu sendiri. Contoh serupa terjadi untuk lensa 55-200mm f/4-5.6 dan lensa 70-200mm f/2.8
  • Lensa 18-200mm f/3.5-5.6 tampak sanggup mengakomodir semua kebutuhan fokal fotografi umum dari wide hingga landscape, tapi komprominya adalah tidak mungkin didesain lensa seperti ini dengan bukaan konstan f/2.8 dan kalaupun bisa maka ukurannya bisa sebesar termos :)
  • Lensa prime menawarkan ukuran yang ringkas, sekaligus bukaan diafragma yang besar dengan harga yang relatif murah. Namun bagi yang terbiasa memakai lensa zoom, maka memotret dengan lensa prime akan membuat repot karena fokal lensanya yang fix di posisi tertentu.
  • Lensa wide punya keistimewaan sendiri dalam menampilkan perspektif berkesan luas, namun lensa wide perlu desain lensa yang rumit dengan resiko mengalami fall-off dan purple fringing, belum lagi distrosi yang pasti tidak bisa dihindari sehingga lensa wide tidak cocok untuk potret wajah.
  • Lensa yang didesain khusus untuk sensor APS-C (Nikon DX atau Canon EF-S) punya diameter lebih kecil, ringkas dan kompak. Namun bila lensa ini dipasang di bodi full frame akan muncul vignetting. Membeli lensa full frame untuk bodi APS-C bisa jadi lebih ‘aman’ meski memang jadi menambah biaya dan belum tentu lensanya tersedia.

Itulah sajian kami kali ini. Meski tidak mudah, tapi setidaknya diharapkan kita bisa mengetahui bagaimana menilai bagus tidaknya sebuah lensa. Bila pada akhirnya kita dihadapkan pada lensa yang biasa-biasa saja, kita masih bisa mengupayaakan untuk membuat foto yang luar biasa. Bila ingin tajam, gunakan f/8 dan lensa apapun akan memberi ketajaman maksimal. Pengujian dari pabrik, fitur yang lengkap, spesifikasi tinggi dan kualitas optik yang tinggi juga tidak akan menolong bila dasar fotografi yang kita kuasai belum matang, semisal kendali eksposur, bermain komposisi dan kejelian mencari momen yang tepat.